Jumat, September 25, 2009

Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak

Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru.

Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak.

Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada anak sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa belajar merupakan kegiatan penting baik untuk anak-anak, bahkan juga untuk orang dewasa sekalipun.

Perlunya perhatian faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar. Suasana yang nyaman dan kondusif mengakibatkan proses belajar akan menjadi lebih baik. Termasuk juga keaktifan proses mental untuk sering dilatih, sehingga nantinya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa.

Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

FAKTOR DARI DALAM DIRI

Kesehatan
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.

Intelegensi
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.

Minat dan motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan

Cara belajar
Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.

FAKTOR DARI LINGKUNGAN

Keluarga
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.

Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.

Lingkungan sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan.




Apa sih yang Menyebabkan Kita Menjadi Cekukan?

Cekukan atau hiccups, biasa disebut Synchronous Diaphragmatic Flutter atau kontraksi spasmodic (kekejangan) dari otot diafragma yang membentang di antara rongga dada dan perut. Kontraksi itu memaksa paru-paru untuk mengaktifkan katup epiglottis di pangkal lidah (daerah kerongkongan-tenggorokan) untuk menutup mendadak walau tidak ada rangsangan dari makanan masuk.

Itu yang menyebabkan suara cekukan keluar.

Sepintas terlihat sederhana, tapi di usia tertentu, abnormalitas dari otot diafragma (baca pengerasan) adalah indikasi awal dari berbagai macam penyakit serius yang akan menjelang.


ELASTISKAN DIAFRAGMA
BKS Iyengar menemukan bahwa otot diafragma adalah pengontrol kedua dari dinamika kehidupan manusia setelah otak tentunya. Bentangan dari otot diafragma yang memisahkan kedua rongga penting tubuh, perut serta dada, ternyata berperan penting terhadap kemaksimalan kerja organ-organ yang ada di sana.

Otot diafragma yang buruk akan mengganggu kerja otot jantung serta paru-paru juga kerja organ perut yang otomatis mempengaruhi efektifitas sistem pencernaan.

Jalan keluarnya sebenarnya sederhana. Dengan gerak badan kita sendiri cekukan itu bisa diminimalisir lewat cara mengontrol pergerakan dari otot diafragma tersebut.

bisa dengan cara baring, kaki ke atas ditopang dengan kursi, semampunya, hingga hanya belakang leher dan kepala saja yang di lantai,.
selamat mencoba..

Jumat, September 11, 2009

PR-UB313-E

New "planet" is larger than Pluto: Bonn astronomers measure size of recently discovered solar system object

Claims that the Solar System has a tenth planet are bolstered by the finding by a group lead by Bonn astrophysicists that this putative planet, announced last summer and tentatively named 2003 UB313, is bigger than Pluto. By measuring its thermal emission, the scientists were able to determine a diameter of about 3000 km, which makes it 700 km larger than Pluto and thereby marks it as the largest solar system object found since the discovery of Neptune in 1846.

Like Pluto, 2003 UB313 is one of the icy bodies in the so-called Kuiper belt that swarms beyond Neptune. It is the most distant object ever seen in the Solar System. Its very elongated orbit takes it up to 97 times farther from the Sun than is the Earth - almost twice as far as the most distant point of Pluto's orbit – so that it takes twice as long as Pluto to go around the Sun. When it was first seen, UB313 appeared to be at least as big as Pluto. But an accurate estimate of its size was not possible without knowing how reflective it is. A team lead by Prof. Frank Bertoldi from the University of Bonn and the Max-Planck-Institute for Radioastronomy (MPIfR) and the MPIfR's Dr. Wilhelm Altenhoff has now resolved this problem by using measurements of the amount of heat UB313 radiates to determine its size, which when combined with the optical observations also allows them to determine its reflectivity. "Since UB313 is decidedly larger than Pluto," Frank Bertoldi remarks, "it is now increasingly hard to justify calling Pluto a planet if UB313 is not also given this status."

UB313 was discovered in January 2005 by Prof. Mike Brown and his colleagues from the Californian Institute of Technology in a sky survey using a wide field digital camera that searches for distant minor planets at visible wavelengths. They discovered a slowly moving, spatially unresolved source, the apparent speed of which allowed them to determine its distance and orbital shape. However, they were not able to determine the size of the object, although from its optical brightness it was believed to be larger than Pluto.

Astronomers have found small planetary object beyond the orbits of Neptune and Pluto since 1992, confirming a then 40-year old prediction by astronomers Kenneth Edgeworth (1880-1972) and Gerard P. Kuiper (1905-1973) for the existence of a belt of smaller planetary objects beyond Neptune. The so-called Kuiper Belt contains objects left from the formation of our planetary system some 4.5 billion years ago. In their distant orbits they were able to survive the gravitational clean-up of similar objects by the large planets in the inner solar system. Some Kuiper Belt objects are still occasionally deflected to then enter the inner solar system and may appear as short period comets.

In optically visible light, the solar system objects are visible through the light they reflect from the Sun. Thereby the apparent brightness depends on their size as well as on the surface reflectivity. Latter is known to vary between 4% for most comets to over 50% for Pluto, which makes any accurate size determination from the optical light alone impossible.

The Bonn group therefore used the IRAM 30-meter telescope in Spain, equipped with the sensitive Max-Planck Millimeter Bolometer (MAMBO) detector developed and built at the MPIfR, to measure the heat radiation of UB313 at a wavelength of 1.2 mm, where reflected sunlight is negligible and the object brightness only depends on the surface temperature and the object size. The temperature can be well estimated from the distance to the sun, and thus the observed 1.2 mm brightness allows a good size measurement. One can further conclude that the UB313 surface is such that it reflects about 60% of the incident solar light, which is very similar to the reflectivity of Pluto.

Figure 1: The diameter of 2003 UB313 compared with that of the Pluto, Charon, Earth, and Moon.

"The discovery of a solar system object larger than Pluto is very exciting," Dr. Altenhoff exclaims, who has researched minor planets and comets for decades. "It tells us that Pluto, who should properly also be counted to the Kuiper Belt, is not such an unusual object. Maybe we can find even other small planets out there, which could teach us more about how the solar system formed and evolved. The Kuiper Belt objects are the debris from its formation, an archeological site containing pristine remnants of the solar nebula, from which the sun and the planets formed." Dr. Altenhoff made the pioneering discovery of heat radiation from Pluto in 1988 with a predecessor of the current detector at the IRAM 30-meter telescope.

The size measurement of 2003 UB313 is published in the 2 February 2006 issue of Nature. The research team includes Prof. Dr. Frank Bertoldi (Bonn University and MPIfR), Dr. Wilhelm Altenhoff (MPIfR), Dr. Axel Weiss (MPIfR), Prof. Dr. Karl M. Menten (MPIfR), and Dr. Clemens Thum (IRAM).

Figure 2: To detect the very faint millimeter wavelength emission from UB313, the Bonn group used the IRAM 30-m telescope on Pico Veleta in the south of Spain, and the very sensitive heat sensor MAMBO-2, which was developed and built at the MPIfR in Bonn by the group of Dr. Ernst Kreysa. The Institute for Radio Astronomy at Millimeter wavelengths (IRAM) is supported jointly by the German Max-Planck-Society, the French Centre National de Recherche Scientifique (CNRS) and the Spanish Instituto Geografico Nacional.

The Kuiper Belt

UB313 is a members of a ring of some 100,000 objects in the outskirts of the solar system, beyond Neptune at distances over 4 billion km from the sun, over 30 times the distance between Earth and Sun. The objects in this "Kuiper belt" circle the sun in stable orbits with periods of about 300 years. In the mid of last century, the existence of a ring of small planetary objects was first suggested by the astronomers Kenneth Edgeworth (1880-1972) and Gerard P. Kuiper (1905-1973), but the first discovery of a "Kuiper belt object" was not until 1992. By now, over 700 such objects are known. UB313 is somewhat different from the normal Kuiper belt in that its orbit is highly excentric and 45 degrees inclined to the ecliptic plane of the planets and Kuiper Belt. It is likely that is originated in the Kuiper Belt and was deflected to its inclined orbit by Neptune.

For more detailed information on the Kuiper belt, browse the web page by David Jewitt (see link below).


Abstract of the February 2 Nature paper:

The trans-neptunian object UB313 is larger than Pluto

F. Bertoldi, W. Altenhoff, A. Weiss, K.M. Menten, C. Thum

The most distant known object in the Solar System, 2003 UB313 (97 au from the Sun), was recently discovered near its aphelion. Its high eccentricity and inclination to the ecliptic plane, along with its perihelion near the orbit of Neptune, identify it as a member of the ‘scattered disk’. This disk of bodies probably originates in the Kuiper belt objects, which orbit near the ecliptic plane in circular orbits between 30 and 50 au, and may include Pluto as a member. The optical brightness of 2003 UB313, if adjusted to Pluto’s distance, is greater than that of Pluto, which suggested that it might be larger than Pluto. The actual size, however, could not be determined from the optical measurements because the surface reflectivity (albedo) was unknown. Here we report observations of the thermal emission of 2003 UB313 at a wavelength of 1.2 mm, which in combination with the measured optical brightness leads to a diameter of 3,000±300±100 km; here the first error reflects measurement uncertainties, while the second derives from the unknown object orientation. This makes 2003 UB313 the largest known trans-neptunian object, even larger than Pluto (2,300 km). The albedo is 0.60±0.10±0.05, which is strikingly similar to that of Pluto, suggesting that the methane seen in the optical spectrum causes a highly reflective icy surface.

Rabu, September 02, 2009

Berat Badan Berlebih Turunkan Kemampuan Otak

VIVAnews - Seseorang yang memiliki bobot tubuh berlebih ternyata tidak hanya berisiko terkena berbagai macam penyakit seperti jantung dan diabetes. Risiko lain yang harus dihadapi yaitu degenerasi otak.

Penelitian menemukan orang yang mengalami obesitas, jaringan otaknya lebih sedikit 8 % dibandingkan dengan orang yang memiliki berat normal. Bisa dikatakan, otak pada penderita obesitas kondisinya lebih tua 16 tahun dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal.

Hasil tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan pemindaian otak dari 94 orang yang berusia 70an. "Hasil pemindaian menunjukkan terjadinya degenerasi otak pada seseorang yang mengalami obesitas," kata profesor neurologi dan kepala peneliti, Paul Thompson, dari University of California, Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat, seperti vIVAanews kutip dari LiveScience.com.

"Delapan persen termasuk angka yang sangat besar dan bisa meningkatkan risiko terkena penyakit seperti Alzheimer dan penyakit yang menyerang otak lainnya," tambah Thompson.Penemuan ini bisa dilihat secara detail dalam edisi online "Journal Human Brain Mapping".

Penderita obesitas bisa kehilangan jaringan otak yang berada di bagian depan. Area tersebut memiliki fungsi memori dan membuat otak bisa berpikir secara kritis. Bukan hanya penderita obesitas saja yang memiliki risiko tersebut. Seseorang yang mempunyai berat badan berlebih tetapi belum termasuk obesitas juga memiliki risiko degenerasi otak.

"Untuk penderita obesitas otak akan terlihat enam belas tahun tahun lebih tua, sedangkan untuk yang memiliki berat badan berlebihan otak akan terlihat lebih tua delapan tahun," kata Thompson.

Tingkat obesitas bisa bisa dilihat melalui pengukuran indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter). Indeks massa tubuh diatas 25 termasuk berat badan berlebih, dan diatas 30 termasuk obesitas.

Selasa, September 01, 2009

EFEK NEGATIF PERKEMBANGAN BIOLOGI

Penyalahgunaan ilmu hayati untuk keperluan yang dapat membahayakan keselamatan orang banyak, dikenal sebagai bioterorisme, harus diantisipasi dampaknya terhadap ketahanan nasional Indonesia. Tanpa pemahaman dan penyadaran masyarakat serta peran aktif pihak-pihak terkait dalam menangani dampak bioterorisme, maka akan mengancam sendi-sendi ketahanan nasional seperti keamanan, kesehatan masyarakat, dan ekonomi.

Pemahaman masyarakat tentang biological agent yang berpotensi digunakan dalam bioterorisme sangat diperlukan dalam menghadapi ancaman dan kejadian bioterorisme. Pihak keamanan yang berperan mengendalikan dan memelihara keamanan umum diperlukan dalam menangani kepanikan masyarakat. Institusi kesehatan diperlukan dalam penanggulangan dan rehabilitasi akibat bioterorisme melalui antisipasi, pencegahan, deteksi, dan identifikasi agen biologik. Selain itu, pemahaman tentang bioterorisme juga diperlukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan perdagangan internasional seperti produk pertanian, makanan, dan produk lain yang sering dicurigai sebagai pembawa agen biologi.

Bila mendengar kata senjata biologi (biology weapon/bioweapon), pasti yang pertama tersbesit adalah penyakit-penyakit menular pada manusia seperti antrax, botulinum, ebola, cacar ganas, maupun penyakit pada ternak seperti sapi gila bahkan flu burung. Tapi jangan salah sangka, saat ini ancaman lain justru datang dari sector pertanian. Suatu perang terselubung untuk menghancurkan sistem ketahanan pangan dan ekonomi suatu negara.

Persenjataan biologi mendapat perhatian sejumlah kalangan pada akhir-akhir ini karena berkaitan dengan kemudahan pembuatan dan propagasi massa hayati (mikroba) tidak saja oleh ahli biologi/mikrobiologiwan semata tetapi juga mereka yang berpengalaman dalam kerja laboratorium mikrobiologi atau propagasi sel (kultur jaringan). Adanya mikroba bakteri, cendawan dan virus yang bersifat patogen akan sangat bermanfaat untuk “perang hayati” dan banyak anggotanya sangat mudah untuk diperoleh, dikembangbiakkan, dimodifikasi dan disebarluaskan. Walaupun kenyataan bahwa senjata biologi sangat bermanfaat dalam penanganan kekuatan militer biasa, kemungkinan lain yaitu penggunaan senjata biologi oleh kelompok-kelompok terorganisir sebagai alat dalam usaha penghancuran sistem pertanian suatu bangsa. Sistem pertanian merupakan unsur pokok dalam pembangunan ekonomi suatu negara agraris khususnya di basis negara-negara berkembang seperti kawasan Asia Tenggara dan sebagian Asia Timur, khususnya lagi Indonesia sebagai negara dengan sumber pendapatan sebagian besar penduduknya berasal dari pertanian.